Kursus Ballet hanya bisa diikuti oleh anak perempuan yang berbadan langsing. Apakah benar? Baca artikel berikut ini tentang mitos dan fakta seputar Ballet.
Kursus Ballet: Mitos vs Fakta
Mitos #1: Ballet hanya bisa diikuti oleh anak-anak atau orang dewasa yang lentur

Fakta:
Banyak toko online yang hanya jual baju ballet anak tapi tidak jual baju ballet dewasa. Karena itu kesannya Ballet hanya untuk anak-anak.
Kursus Ballet yang diselenggarakan oleh institusi yang profesional memiliki jenjang-jenjang dalam pengajarannya. Jenjang-jenjang ini dibagi dalam dua kategori: berdasarkan kelompok usia (untuk anak-anak), dan berdasarkan latar belakang tari serta penilaian guru terhadap murid dewasa yang akan bergabung dalam kursus Ballet tersebut; misalnya: beginner, intermediate, atau advance.
Kursus Ballet juga biasanya menggunakan kurikulum berdasarkan metode pengajaran Ballet tertentu.
Walaupun tidak banyak, ada institusi-institusi Ballet yang menyediakan kelas untuk murid dewasa pemula, dan biasanya kelas ini hanya untuk penyaluran hobi (recreational), tidak seperti kelas anak-anak dimana diadakan ujian dan kenaikan jenjang.
Tidak ada batas umur untuk bisa mengikuti kelas Ballet. Dulu, saya sendiri sebagai pemilik sekolah Ballet terbesar di Bali, memiliki murid-murid Ballet dewasa pemula yang berusia 20an – 40an, bahkan salah satunya berusia 64 tahun pada saat ia bergabung dengan sekolah Ballet saya!
Mengenai kelenturan, tidak seperti pendapat umum yaitu bahwa seorang murid Ballet harus bisa melakukan split atau gaya-gaya lain yang membutuhkan kelenturan tinggi, kenyataannya dalam pengajaran Ballet murid tidak diharuskan melakukan split sampai jenjang yang sangat tinggi, bahkan dalam kelas anak-anak sekalipun.
Fakta lain adalah banyak penari Ballet bahkan dalam kategori profesional yang masih belum bisa melakukan split dengan sempurna!
Mitos #2: Ballet hanya bisa diikuti oleh perempuan
Fakta:
Mitos ini hanya berlaku di negara-negara Asia, dimana kebanyakan orang berpendapat bahwa seorang pria yang menggemari seni tari dianggap feminin. Di negara-negara Barat banyak orang tua yang mendukung anak lelakinya untuk menjadi penari Ballet. Lagipula sebenarnya peran penari pria sangat penting dalam tarian Ballet, yang kebanyakan koreografinya menceritakan tentang kisah cinta.
Mitos #3: Ballet hanya bisa diikuti oleh orang yang langsing/kurus

Fakta:
Memang untuk menjadi penari Ballet profesional, ada persyaratan ukuran dan berat tubuh yang ideal. Alasannya adalah karena dalam tarian Ballet ada gerakan-gerakan lifting, dimana penari-penari Ballet wanita diangkat oleh penari pria, sehingga tentu saja penari-penari wanita tersebut harus memiliki batasan ukuran dan berat tubuh.
Alasan lain adalah karena dalam tarian Ballet banyak gerakan melompat dan untuk mencegah cedera lutut dan pergelangan kaki, maka ukuran dan berat tubuh perlu dijaga.
Tetapi apabila anda tidak bertujuan untuk menjadi penari Ballet profesional, maka tidak ada batasan ukuran maupun berat badan untuk mengikuti kursus Ballet.
Mitos #4: Ballet menyebabkan cara berjalan tidak lurus dan kaki yang “terbuka”
Fakta:
Salah satu teknik dasar Ballet adalah turn-out, yaitu dimana posisi kaki diputar keluar dari pangkal paha dalam mengeksekusikan suatu gerakan. Tentunya teknik ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk melindungi tubuh dari cedera dan memberikan kekuatan lebih dalam melakukan gerakan tersebut.
Cara melakukan teknik ini yang benar adalah dengan memutar kaki dari pangkal paha (bukan dari lutut atau pergelangan kaki), sehingga teknik tidak menyebabkan kondisi permanen pada tubuh, seperti jalan yang tidak lurus dan kaki yang “terbuka”.